Minggu, 11 Oktober 2015

SOSIOLOGI LINGKUNGAN


Konsumsi Masyarakat Dibalik Menipisnya SDA


Oleh :
WAWAN ANDRIYAWAN
B  201  11  055






JURUSAN  SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO

2015





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuhan menciptakan banyak jenis mahluk hidup di dunia, banyak benda-benda dan alam yang menjadi tempat semuanya berpijak. Potensi alam pun disediakan oleh Tuhan untuk dikonsumsi oleh mahluk hidup di dalamnya. Hingga saat ini manusia banyak memanfaatkan potensi tersebut, kesehariannya menggunakan produk dari alam.
Dari beragam produk yang disediakan oleh alam tersebut, ada banyak yang jumlahnya terbatas hingga saat ini masi jadi bentuk konsumsi masyarakat. Sifat produksi manusia, khususnya sekelompok orang yang memiliki kepentingan didalamnya kurang memerhatikan bagaimana sifat produksi alam terhadapa hasil alamnya, mereka hanya berfikir bagaimana mengambil sebanyak mungkin untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Masyarakat luas juga tidak berfikir akan hasil alam yang terbatas.
Kini masalah globalisasi semakin marak dibicarakan oleh banyak orang di dunia, mulai dari es di Kutup Utara yang mulain mencair hingga menaikan debit air di lautan yang hampir mengambil garis pantai, pengkrukan pegunungan untuk mengambil tanah dan bebatuannya oleh perusahaan dan menyedotan isi bumi besar-besaran di seluruh dunia. Dari beberapa hal tersebut kurang terkontrol oleh orang yang sebenarnya bertanggung jawab atas masalah-masalah yang ditimbulkan dari banyak industri diseluruh dunia.
Konsumsi masyarakat dibalik menipisnya Sumber Daya Alam aakan menjadi Bom waktu untuk masyarakan sendiri yang semakin lama terlihat semakin apatis atan masalah tersebut. Pertanggung jawaban oleh semua orang juga harus menjadi mental yang wajib dimiliki oleh semua orang agar semua orang mempunya hak atau keinginan untuk menjaga setiap alam disekitarnya agar masi dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak.
1.2 Rumusan Masalah
     a.       Bagaimana Bentuk Konsumsi Masyarakat Dibalik Menipisnya Sumber Daya Alam ?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bentuk Konsumsi Masyarakat Dibalik Menipisnya Sumber Daya Alam
Masyarakat dikesehariannya membutuhkan apa yang disediakan oleh alam, itu tidak dapat dipungkiri siapapun hahwa apa yang disediakan alam lambat laun akan habis ketika masyarakat itu sendiri superaktif dalam mengonsumsinya. Belum adanya produk yang layak yang dapat menggantikan sumber daya alam akan bentuk konsumsi masyarakat luas, itu yang masi membuat masyarakat masi bergantung pada sumber daya alam.
Embel-embel peningkatan ekonomi yang baik, tetapi malah semakin mengkeruk sumber daya alam secara besar-besaran hingga akan menimbulkan bencana alam diseluruh dunia. Seperti yang telah saya paparkan dalam latar belakang di atas bahwa sekarang telah menjadi diskusi panjang bagi parah pemikir nasib Bumi untuk kemaslahatann umat manusia secraa menyeluruh, es di Kutup Utara semakin lama akan semakin mencair akibat Globalisasi (pemanasan global), pengkrukan pegunungan untuk mengambil tanah dan bebatuannya oleh perusahaan dan menyedotan isi bumi besar-besaran.
Perdagangan bebas dipandang sebagai “angin segar” karena menjanjikan banyak keuntungan bagi umat manusia. Keuntungan tersebut tidak jauh dari tiga hal pokok, yakni meletakan ekspansi industri manufaktur pada basis yang lebih rasional, mendistribusikan keuntungan perdagangan (gains of trade) kedalam komunitas yang lebih luas, serta menimbulkan persaingan yang inten sehingga timbul efisiensi yang pada gilirannya  memberi keuntungan pada manfaat riil kepada konsumen. Pada akhirnya era liberalisasi muncul sebagai manifestasi harapan mengenai negara kesejahteraan yang terglobalisasi (welfare-globalized-state) yang didambakan oleh banyak orang.
Willem Hogendijk (dalam Ismawati, 1999:5) telah menunjukan kesalahan fatal mengenai terminologi “pertumbuhan ekonomi” (economical growth). Menurut pemikiran  Hogendijik, istilah pertumbuhan ekonomi seperti yang dinomorsatukan oleh kebanyakan rezim di dunia,  sebetulnya adalah “pertumbuhan produk”. Dengan aktivitas produk, perekonomian sesunggunya tidak sedang berkembang, sebab sumber daya  (resources) yang bersifat langka dibumi ini kian menyusut. Padahal besarnya penyusutan atau depresiasi terhadap persediaan barang-barang langka itu tidak tercantum dalam neraca yang berisi perhitungan pertumbuhan ekonomi.
Saya sangat setuju dengan pendapat Hogedijk di atas, bahwa pemahaman masyarakat akan pertumbuhan ekonomi tersebut bukan lah sesuatu yang lantas harus kita gembirakan, dikarenakan pertumbuhan ekonomi itu sebenarnya wajah dari pertumbuhan produk yang hendak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Pengambilan hasil alam secara besar-besaran menjadi aktivitas mereka untuk meningkatkan hasil produksi agar apa yang dibutuhkan masyarakat melimpah, seperti Bahan Bakar Minyak, emas, tembaga  dan berlian, serya produksi lainya yang menggunakan hasil alam.
Pengambilan besar-besaran artinya apa yang dimiliki alam akan semakin habis, karena seperti Bahan Bakar Minyak misalnya, yang tidak dapat diperbaharui oleh perusahaan yang mengambil bahan bakar tersebut. Bahan bakar tersebut semakin lama akan semakin habis pada waktunya dan itu akan menjadi bom waktu untuk seluruh umat.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan ekonomi memang sangat bagus untuk setiap negara di dunia, namun yang jadi permasalahannya bagaimana cara atau sampai kapan mereka bereproduksi? Sedangkan Sumber Daya Alam sendiri terbatas. Jika memang indutri yang bersangkutan tidak dapat dihentikan karena alasana pertumbuhan ekonomi maka tidak akan menutup kemungkinan SDA akan habis dikeruk oleh parah industri dan anak cucu kita tidak akan dapat menikmatinya lagi karena wajah perkembangan ekonomi itu sendiri sebenarnya kerkembangan produksi.
B. Saran
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perkembangan ekonomi itu sendiri ialah wajah dari kemkembangan produksi, dimana setiap perusahaan mengembangkan hasil produksinya dari tahun ke tahun hingga SDA hampir habis dan mengancam kehidupan setiap umat. Dengan masalah tersebut diharapkan setiap perusahaan atau pemerintah yang bersangkutan diharapkan mempu berfikir kreatif agar nantinya apa yang kita tidak inginkan tersebut tidak akan terjadi. Harus ada alternatif lain agar masyarakat luas tidak bergantung pada SDA secara besar-besaran.


DAFTAR PUSTAKA
Ismawati, Indra. 1999, Resiko Ekologi Dibalik Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Media Pressindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar